Pengertian Metabolisme (Pengetahuan Bahan)
Metabolisme adalah suatu proses kimiawi yang terjadi di
dalam tubuh semua makhluk hidup, proses ini merupakan pertukaran zat
ataupun suatu organism dengan lingkungannya.
Metabolisme
berasal dari bahasa Yunani, yaitu “metabole” yang berarti perubahan, dapat kita
katakan bahwa makhluk hidup mendapat, mengolah dan mengubah suatu zat melalui
proses kimiawi untuk mempertahankan hidupnya.
METABOLISME TERBAGI 3 YAITU :
1.Fotosintesa
2.Respirasi
3. Fermentasi
1.fotosintesa
adalah suatu proses metabolisme dalam tanaman untuk membentuk karbohidrat
dengan menggunakan CO2 dari udara,air serta zat-zat organik yang
berasal dari tanah . Matahari sebagai sumber tenaga khlorofil digunakan untuk
mengabsorsi sinar matahari dan mengubahnya menjadi energi
Proses tersebut bersifat endotermis .
Yang menggunakan matahari untuk menghasilkan energi
2. RESPIRASI
Respirasi
adalah suatu proses metabolisme dengan cara menggunakan oksigen dalam
pembakaran senyawa makromolekul seperti karbohidrat,protein dan lemak.merupakan
proses eksotermis dan hasilnya berupa sumber tenaga atau panas.
Respirasi banyak memberikan manfaat
bagi tumbuhan. Proses respirasi ini menghasilkan senyawa-senyawa yang penting
sebagai pembentuk tubuh.
Respirasi dapat terjadi dengan adanya
oksigen (respirasi aerobik) atau dengan tidak adanya oksigen (respirasi
anaerobik, sering disebut fermentasi).
Laju respirasi yang dihasilkan merupakan petunjuk yang baik dari aktifitas metabolis pada jaringan dan berguna sebagai pedoman yang baik untuk penyimpanan hidup hasil panen.
Laju respirasi yang dihasilkan merupakan petunjuk yang baik dari aktifitas metabolis pada jaringan dan berguna sebagai pedoman yang baik untuk penyimpanan hidup hasil panen.
Jika laju
respirasi buah atau sayuran diukur dari setiap oksigen yang diserap atau
karbondioksida dikeluarkan – selama tingkat perkembangan (development),
pematangan (maturation), pemasakan (ripening), penuaan (senescent), dapat
diperoleh pola karakteristik repirasi.
Laju respirasi per unit berat adalah
tertinggi untuk buah dan sayur yang belum matang dankemudian terus menerus
menurun dengan bertambahnya umur.
Buah-buahan dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu buah non-klimakterik dan buah klimakterik. Buah non-klimakterik
secara singkat diartikan bahwa buah tersebut tidak mampu melanjutkan proses
ripening (pemasakan) seketika setelah dipanen. Sedangkan buah klimakterik
sebaliknya dapat dipanen pada saat matang maupun pada saat masak. Beberapa
contoh buah klimakterik dan non-klimakterik sebagai berikut:
a.
Buah klimakterik : apel, pir, alpukat, buah kiwi, pisang, mangga, pepaya, jambu
biji, markisa.
b.
Buah non-klimakterik : Kelompok berri-berrian (strawberry, cranberry,
raspberry, blackberry), anggur, seri, lemon, jeruk, jeruk Mandarin, tangerin,
nenas, lychee.
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yang dijelaskan sebagai berikut
a.
Ketersediaan substrat
Tumbuhan
dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang
rendah pula. Demikian sebaliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka
laju respirasi akan meningkat.
b.
Ketersediaan Oksigen
Ketersediaan
oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut
berbeda bagi masing-masing spesies. Bahkan, pengaruh oksigen berbeda antara
organ satu dengan yang lain pada tumbuhan yang sama.
c.
Suhu
Umumnya,
laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 100C.
Namun, hal ini tergantung pada masing-masing spesies.
d.
Tipe dan umur tumbuhan
Masing-masing
spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme sehingga kebutuhan tumbuhan
untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda
menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibandingkan tumbuhan yang tua.
Perubahan-perubahan yang
Terjadi Selama Pematangan dan
Penuaan
1. Perubahan Warna
Perubahan warna adalah perubahan yang paling menonjol, pada waktu pematangan, terjadi sintesa pigmen tertentu, seperti karotenoid dan flavonoid disamping terjadinya perombakan klorofil.Terjadinya warna kuning pada pisang disebabkan hilangnya klorofil dan menyebabkan timbulnya karotenoid yang kuning (Apandi, 1984).
2. Perubahan Tekstur
Zat-zat pektin terutama dilekatkan dalam dinding sel dan lamela tengah dan berfungsi sebagai bahan perekat.Zat-zat itu merupakan derivate asam poligalakturonat dan terdapat dalam bentuk protopektin, asam-asam pektinat, pectin dan asam pektat.Jumlah zat-zat pektat bertambah selam perkembangn buah.Pada waktu buah menjadi matang, kandungan pektat dan pektimat yang larut meningkat, sedangkan jumah zat-zat pektat seluruhnya menurun. Selama pematangan buah, terjadi 2 proses pada zat-zat pectin : depolimerisasi (pemendekan rantai) dan de-esterifikasi (penghilangan gugus metil dari polimernya). Dengan perubahan pectin, ketagaran buah berkurang (Pantastico, 1993).
Selama penyimpanan terjadi degradasi pektat, lignin, selulosa dan hemiselulosa oleh aktivitas enzim pectin metil esterase dan poligalakturonase dalam proses pematangan buah sehingga terjadi perubahan tekstur dari keras menjadi lunak (Kartasapoetra, 1994).
Salah satu bentuk penilaian bahwa suatu produk pertanian masih layak simpan untuk dikonsumsi adalah ketika tekstur buah menjadi cukup keras.Pada penyimpanan dengan suhu ruang, buah cepat menjadi lunak. Penurunan tingkat kekerasan ini terjadi akibat proses pematangan sehingga komposisi dinding sel berubah menyebabkan menurunnya tekanan turgor sel dan kekerasan buah menurun. Perubahan kekerasan ini dapat dijadikan indicator tingkat kematangan buah (Hartanto dan Sianturi, 2008).
3. Perubahan Karbohidrat
Perubahan kompenen kimia terbesar dalam pematangan adalah perubahan karbohidrat yang menyebabkan perubahan rasa dan tekstur buah. Semakin matang buah, semakin tinggi kadar gula. Karena gula merupakan zat yang dominan dalam bahan padat yang terlarut pada buah maka tingkat kematanagn sering ditentukan dengansoluble solid (Purba dan Sitinjak, 1987).
Pada awal pertumbuhan buah konsentrasi gula total, gula reduksi dan bukan reduksi sangat rendah. Tetapi saat proses pemasakan, gula total meningkat tajam dalm bentuk glukosa dan fruktosa. Naiknya kadar gula yang tiba-tiba ini dapat digunakan sebagai indeks kimia kemasakan. Pada saat pemasakan buah terjadi peningkatan respirasi, produksi etilen serta terjadi akumulasi gula (Sumadi, et al,. 2004).
4. Perubahan Vitamin C
Kandungan asam askorbat (vitmin C) akan mengalami penurunan selama penyimpanan terutama pada suhu penyimpanan yang tinggi. Kandungan asam askorbat setelah penyimpanan kira-kira setengah sampai dua per tiga dari waktu panen.Hal ini disebabkan asam askorbat mudah teroksidasi, misalnya oleh enzim asam askorbat oksidase yang terdapat dalam jaringan tanaman (Pantastico, 1993).
5. Perubahan Berat
Pengurangan berat pada bahan hasil pertanian terutama buah-buahan mempunyai korelasi positif dengan jumlah gas CO2 dan air yang dilepaskan. Penguapan air dari produk hortikultura adalah suatu proses yang terus menerus pada semua buah dan sayuran. Hal ini merupakan penyebab kehilangan berat secara langsung.Pengaruh yang lebih nyata akibat kehilangan air adalah perubahan pada rupa (penampakan), kelayuan atau pengkerutan (Wills, et.al., 1981).
6. Perubahan Asam-asam Organik
Keasaman (total asam) buah sebelum dipanen tinggi, karena adanya asam sitrat, asam malat, asam tartarat, asam aksalat dan asam laktat.Asam-asam organik ini dapat dipandang sebagai energi tambahan untuk buah dan oleh karenanya diperkirakan banyak menurun selama aktivitas metabolisme (Sitinjak, et.al., 1993).
1. Perubahan Warna
Perubahan warna adalah perubahan yang paling menonjol, pada waktu pematangan, terjadi sintesa pigmen tertentu, seperti karotenoid dan flavonoid disamping terjadinya perombakan klorofil.Terjadinya warna kuning pada pisang disebabkan hilangnya klorofil dan menyebabkan timbulnya karotenoid yang kuning (Apandi, 1984).
2. Perubahan Tekstur
Zat-zat pektin terutama dilekatkan dalam dinding sel dan lamela tengah dan berfungsi sebagai bahan perekat.Zat-zat itu merupakan derivate asam poligalakturonat dan terdapat dalam bentuk protopektin, asam-asam pektinat, pectin dan asam pektat.Jumlah zat-zat pektat bertambah selam perkembangn buah.Pada waktu buah menjadi matang, kandungan pektat dan pektimat yang larut meningkat, sedangkan jumah zat-zat pektat seluruhnya menurun. Selama pematangan buah, terjadi 2 proses pada zat-zat pectin : depolimerisasi (pemendekan rantai) dan de-esterifikasi (penghilangan gugus metil dari polimernya). Dengan perubahan pectin, ketagaran buah berkurang (Pantastico, 1993).
Selama penyimpanan terjadi degradasi pektat, lignin, selulosa dan hemiselulosa oleh aktivitas enzim pectin metil esterase dan poligalakturonase dalam proses pematangan buah sehingga terjadi perubahan tekstur dari keras menjadi lunak (Kartasapoetra, 1994).
Salah satu bentuk penilaian bahwa suatu produk pertanian masih layak simpan untuk dikonsumsi adalah ketika tekstur buah menjadi cukup keras.Pada penyimpanan dengan suhu ruang, buah cepat menjadi lunak. Penurunan tingkat kekerasan ini terjadi akibat proses pematangan sehingga komposisi dinding sel berubah menyebabkan menurunnya tekanan turgor sel dan kekerasan buah menurun. Perubahan kekerasan ini dapat dijadikan indicator tingkat kematangan buah (Hartanto dan Sianturi, 2008).
3. Perubahan Karbohidrat
Perubahan kompenen kimia terbesar dalam pematangan adalah perubahan karbohidrat yang menyebabkan perubahan rasa dan tekstur buah. Semakin matang buah, semakin tinggi kadar gula. Karena gula merupakan zat yang dominan dalam bahan padat yang terlarut pada buah maka tingkat kematanagn sering ditentukan dengansoluble solid (Purba dan Sitinjak, 1987).
Pada awal pertumbuhan buah konsentrasi gula total, gula reduksi dan bukan reduksi sangat rendah. Tetapi saat proses pemasakan, gula total meningkat tajam dalm bentuk glukosa dan fruktosa. Naiknya kadar gula yang tiba-tiba ini dapat digunakan sebagai indeks kimia kemasakan. Pada saat pemasakan buah terjadi peningkatan respirasi, produksi etilen serta terjadi akumulasi gula (Sumadi, et al,. 2004).
4. Perubahan Vitamin C
Kandungan asam askorbat (vitmin C) akan mengalami penurunan selama penyimpanan terutama pada suhu penyimpanan yang tinggi. Kandungan asam askorbat setelah penyimpanan kira-kira setengah sampai dua per tiga dari waktu panen.Hal ini disebabkan asam askorbat mudah teroksidasi, misalnya oleh enzim asam askorbat oksidase yang terdapat dalam jaringan tanaman (Pantastico, 1993).
5. Perubahan Berat
Pengurangan berat pada bahan hasil pertanian terutama buah-buahan mempunyai korelasi positif dengan jumlah gas CO2 dan air yang dilepaskan. Penguapan air dari produk hortikultura adalah suatu proses yang terus menerus pada semua buah dan sayuran. Hal ini merupakan penyebab kehilangan berat secara langsung.Pengaruh yang lebih nyata akibat kehilangan air adalah perubahan pada rupa (penampakan), kelayuan atau pengkerutan (Wills, et.al., 1981).
6. Perubahan Asam-asam Organik
Keasaman (total asam) buah sebelum dipanen tinggi, karena adanya asam sitrat, asam malat, asam tartarat, asam aksalat dan asam laktat.Asam-asam organik ini dapat dipandang sebagai energi tambahan untuk buah dan oleh karenanya diperkirakan banyak menurun selama aktivitas metabolisme (Sitinjak, et.al., 1993).
Comments
Post a Comment